Bu Maria (45) didiagnosis kanker ovarium dengan ukuran hampir 20 cm tahun 2018. Ia kemudian menjalani operasi. Hasil patologi menunjukkan keganasan, tipe adenokarsinoma serosum yang sudah menyebar ke jaringan lemak (omentum). Bu Maria menolak untuk menjalani kemoterapi dan mencari cara alternatif dengan alat ECCT untuk membersihkan sel-sel ganas yang masih sisa, mencegah kekambuhan dan penyebaran. Hampir 5 tahun tak terdeteksi kekambuhan, pasca pandemi dan vaksin COVID, hasil USG menunjukkan adanya massa recurren di bekas operasi sebelumnya. Bu Maria terus memakai ECCT tanpa kemoterapi, massa solid berubah menjadi kista, hasil sitologi cairan kista juga menunjukkan tak ada keganasan. Melewati 7 tahun sejak pertama didiagnosis kanker kondisi Bu Maria relatif normal.

Kanker Ovarium Sudah Menyebar ke Jaringan Omentum, Bisa Remisi Melewati 7 Tahun dengan ECCT tanpa Kemo
Gambar: Kiri: Foto Bu Maria bersama suami dalam kondisi sehat dan normal (2025); Kanan: Gambar  hasil CT scan awal yang didiagnosa kanker ovarium (2018).

Gambar: Hasil pemeriksaan CT scan dan USG pasca operasi dan setelah pemakaian ECCT dari tahun ke tahun hingga sebelum terjadinya kekambuhan tahun 2023, serta hasil CT scan dan USG pasca pemakaian ECCT kembali tahun 2024 dan 2025 yang menunjukkan massa sudah berubah menjadi kista, serta hasil sitologi yang menunjukkan tak ada keganasan setelah pemakaian ECCT lagi.

Kanker ovarium dan rahim merupakan penyebab kematian akibat kanker tertinggi pada wanita di Indonesia. Kanker ovarium seringkali terdeteksi pada stadium lanjut, yang membuat pengobatan menjadi lebih sulit dan angka kelangsungan hidup menjadi lebih rendah. Penyebaran ke organ jauh adalah penyebab utama kematian akibat kanker. Untuk kasus kanker ovarium penyebaran awal sering terjadi ke rongga perut atau ke kelenjar getah bening, ke liver dan paru-paru.

Kasus yang dialami oleh Bu Maria, penyebaran awal sudah terjadi ke jaringan lemak (omentum) di rongga perut. Kanker ovarium yang sudah menyebar ke omentum berada pada stadium lanjut, yang umumnya memiliki prognosis yang lebih buruk dibandingkan dengan stadium awal.

Adenokarsinoma serosum adalah jenis kanker ovarium yang agresif dan cenderung menyebar dengan cepat. Meskipun operasi telah dilakukan, kemoterapi seringkali diperlukan setelah operasi untuk menghilangkan sel kanker yang mungkin tersisa dan mencegah kekambuhan. Tanpa kemoterapi, risiko kekambuhan dan penyebaran lebih lanjut relatif tinggi. Kemoterapi adalah komponen penting dalam pengobatan kanker ovarium, terutama untuk stadium lanjut. Tujuan kemoterapi adalah untuk membunuh sel kanker yang mungkin tertinggal setelah operasi dan mencegah penyebaran lebih lanjut. Tetapi kemoterapi setelah operasi untuk kanker ovarium dengan jenis adenokarsinoma serosum sering hanya membantu di awal, kekambuhan kembali dan penyebaran hampir selalu terjadi terutama untuk stadium lanjut.

Tingkat kekambuhan kanker ovarium jenis adenokarsinoma serosum yang sudah menyebar ke omentum pasca operasi cenderung tinggi. Secara umum, kanker ovarium yang sudah menyebar memiliki risiko kekambuhan yang lebih tinggi dibandingkan dengan stadium awal. Tingkat kelangsungan hidup 5 tahun untuk kanker ovarium jenis adenokarsinoma serosum yang sudah menyebar ke omentum (stadium III atau IV) umumnya di bawah 50% meskipun telah melakukan operasi dan pengobatan lainnya seperti kemoterapi. Adenokarsinoma serosum adalah salah satu jenis kanker ovarium epitelial yang paling umum dan agresif. Penyebaran ke omentum (lemak yang melapisi perut) menunjukkan bahwa kanker telah mencapai stadium lanjut, yang meningkatkan risiko kekambuhan dan menurunkan angka kelangsungan hidup.

Tetapi Bu Maria dan suaminya menolak keras untuk menjalani kemoterapi dan menyampaikan ingin mencari cara alternatif selain kemoterapi. Ia tak pernah cerita ke dokter onkologinya tetapi akhirnya ia menemukan dokter lain yang mau merekomendasikan pakai alat ECCT. Dan Bu Maria kemudian memakai ECCT untuk membersihkan sel-sel ganas yang masih sisa, mencegah kekambuhan dan penyebaran.

Evaluasi berkala dengan CT scan dan USG setiap 3-6 bulan sekali menunjukkan tak terdeteksi kekambuhan massa maupun penyebaran. Ia rutin konsultasi dengan dokter onkologinya. Awalnya dokternya terus mendesak dan menyarankan untuk tetap kemo, tetapi karena hasil scan selalu bersih dan kondisinya juga sehat-sehat saja seperti tak ada apa-apa, dokternya menjadi terbiasa. Dokternya tetap memperingatkan bahwa bayang-bayang kekambuhan akan selalu ada, supaya selalu waspada.

Awal 2023 pasca pandemi dan vaksin COVID, memasuki tahun ke-5 sejak operasi dan mulai pakai ECCT, hasil USG dan CT scan menunjukkan adanya massa multipel karakter solid dan kistik di area ovarium kiri bekas operasi sebelumnya.

Kekambuhan kanker yang tadinya sudah bersih setelah pakai ECCT sering muncul lagi saat pasca pandemi COVID dan vaksin. Kemunculan kembali kemungkinan dipicu efek pengendapan virus atau zat vaksin di area bekas kanker yang umumnya berubah menjadi fibrosis (jaringan parut) yang berakibat pada inflamasi. Ketika inflamasi itu terjadi berketerusan dalam waktu yang relatif lama, berdasarkan studi sel-sel yang telah mengalami mutasi gen bisa muncul menjadi kanker. Pada beberapa kasus yang diamati pada pengguna ECCT, kemunculan kembali karakternya tak selalu sama dengan tipe awal yang dialami oleh penderita. Seringkali jenis kanker yang muncul adalah tipe kistik, karakter kanker yang umum terjadi yang diawali oleh infeksi.

Karakter massa yang muncul kembali yang dialami oleh Bu Maria juga berupa campuran lesi padat dan kistik, sesuai dengan karakter berasal dari infeksi. Memang bisa juga berawal dari recurren dari massa awal jenis adenokarsinoma serosum yang mempunyai karakter kistik, tetapi karena selama hampir 5 tahun tak pernah terjadi kekambuhan, kemungkinan berasal dari kekambuhan massa awal kecil.

Bu Maria terus memakai ECCT tanpa kemoterapi untuk mengatasi massa baru yang muncul. Kurang dari 8 bulan setelah pemakaian ECCT lagi massa solid berubah menjadi kista, dan massa kistik yang awalnya sudah ada relatif berkurang. Hasil sitologi cairan kista juga menunjukkan tak ada keganasan.

Melewati 7 tahun sejak pertama didiagnosis kanker kondisi Bu Maria relatif normal. Semoga tetap sehat buat Bu Maria (WS).