Bu Saripah (55 tahun) didiagnosa kanker payudara 10 tahun yang lalu, hasil biopsi menunjukkan ganas tipe invasive ductal carcinoma dengan tingkat diferensiasi sedang. Ia hanya mengandalkan pakai alat ECCT karena tak mau operasi. Hasil USG setelah setahun pemakaian menunjukkan sudah tak terdeteksi massa. Alatnya dipakai hingga 5 tahun, tak ada kemunculan kembali tak ada penyebaran. Alat stop setelahnya karena sudah bersih tanpa operasi dan tak ada penyebaran. Hanya setelah stop alat dan pasca vaksin covid muncul lagi benjolan di payudaranya di dekat posisi benjolan lama, hanya tipenya berbeda, massa baru lebih terselubung (lobulated). Setelah mulai pakai alat lagi, benjolan yang cenderung bulat mulai melunak, karakter benjolan cenderung jinak.

Bu Saripah Penyintas Kanker Payudara 10 tahun lebih

Gambar: Paling kanan atas: Hasil mamografi Bu Saripah saat awal sebelum pakai alat yang menunjukkan adanya massa di payudara sebelah kiri di area subareola yang sudah menginfiltrasi jaringan kutis dengan karkater mikrokalsifikasi; Paling kanan bawah: Hasil USG setelah pemakaian alat 1 tahun menunjukkan massa sudah tak terdeteksi; Tengah paling atas: Hasil scan aktivitas listrik dengan ECVT yang menunjukkan aktivitas massa pada mamae kiri sebelum pakai alat dan aktivitas yang sudah normal setelah pemakaian 1 tahun; Tengah bagian paling tengah: Hasil USG yang menunjukkan kemunculan lagi massa di dekat massa awal setelah 10 tahun (5 tahun stop alat) dengan karakter jinak; Tengah bagian bawah: Hasil scan aktivitas listrik dengan ECVT yang menunjukkan aktivitas massa recurrence di mamae kiri sebelum pakai alat lagi (11/2024) dan setelah pemakaian 3 bulan (2/2025) yang menunjukkan aktivitas berukurang mendekati normal lagi. 

 

Pasca biopsi Bu Saripah mengalami pembengkakan di ketiak, dan mulai batuk-batuk. Bu Saripah menolak operasi pengangkatan payudara seluruhnya, sebagai alternatif ia bersikeras untuk pakai ECCT saja mulai akhir 2014. Alat ECCT yang dipakainya berupa rompi yang menutup bagian seluruh dada ditambah alt kecil yang menutup bagian aksila dengan pemakaian 8-12 jam sehari.

Sel-sel mati keluar dari permukaan kulit menyerupai daki banyak mengandung kapur (kalsium), kemungkinan karena efek biopsi jalur pembuangan melalui pembuluh darah keluar lewat urin dan keringat banyak terpotong. Karakter kankernya pada hasil mamografi mirip sarang laba-laba (stellate lesion dengan tingkat kalsifikasi tinggi), tipikal grup C2 berdasarkan klasifikasi respon terhadap ECCT.Tipe ini umumnya banyak mengandung kapur, mudah menyebar melalui aliran darah ke tulang dan ke liver, sering dipengaruhi oleh aktivitas hormon tubuh. Tipe kanker C2 termasuk jenis kanker yang sulit ditangani dengan menggunakan ECCT, umumnya tidak respon terhadap kemo maupun radiasi, dan mudah menyebar apabila dioperasi.

Reaksi berupa daki seperti kapur yang dialami oleh Bu Saripah masih keluar hingga setahun kemudian. Bersamaan dengan pembuangan melalui permukaan kulit, benjolan yang dirasakannya perlahan mengecil,  hasil USG setelah setahun pemakaian menunjukkan sudah tak terdeteksi massa.

Bu Saripah terus pakai alat ECCT selama 5 tahun hingga 2019. Kondisi payudaranya sudah kembali normal, hasil USG dan rontgen selalu normal. Tetapi pada tahun 2023 selesai masa pandemi dan pasca vaksin Bu Saripah merasakan adanya kemunculan benjolan baru di bekas biopsi awal. Hasil USG menunjukkan tipe yang berbeda dengan benjolan awal, cenderung terbungkus selaput tanpa kalsifikasi, dengan komponen kistik/nekrosis, mirip infeksi; karakternya sesuai dengan tipe A/D berdasarkan respon terhadap ECCT.

Bu Saripah mulai pakai alat lagi akhir 2024. Daki mulai keluar lagi dari permukaan kulit, tetapi relatif tak bercampur kapur. Benjolannya relatif mulai melunak setelah banyak daki keluar.

Awal tahun 2025 Bu Saripah telah melewati 10 tahun sejak didiagnosa kanker ganas kondisi. Kondisinya alhamdulillah sehat dan aktif, nampak semuanya normal. Semoga tetap sehat buat Bu Saripah (WS).