Bulan April2023 Bu Masturoh datang ke Lab C-Care Riset kanker (Riset kanker DR. Warsito) dalam kondisi didorong di kursi roda, bicara sulit, memorinya separuh-separuh lupa-ingat. Sebelumnya ia pernah mengalami operasi beberapa kali dan Gamma Knife sebanyak 3X tahun 2018 tetapi muncul kembali hingga tak bisa bicara tak bisa jalan. Tipe tumor yang dialami Bu Masturoh termasuk sulit ditangani, dengan alat ECCT lama umumnya juga tak respon baik. Dengan alat ECCT hasil pengembangan terbaru Bu Masturoh bisa kembali bicara dan jalan normal setelah 2 bulan.
Tipe tumornya adalah multiple meningioma, jenis kanker ganas yang menyerang selaput otak. Tipe meningioma umumnya jinak, dengan operasi yang bersih umumnya tak muncul kembali. Tetapi jenis multipel meningioma adalah jenis meningioma ganas, bisa menyebar merembet ke area sekitar, tingkat kemunculan lagi sangat tinggi, terutama apabila operasi tidak bersih. Hal ini yang terjadi pada Ibu Masturoh. Karena posisinya di dekat saraf komunikasi di bagian otak frontal kiri, untuk bisa operasi bersih sulit dilakukan dan beresiko tinggi. Kalau saraf komunikasi terkena dampak operasi ia bisa tak bisa berbicara selamanya.
Akan tetapi kalau operasi tak bersih, sifatnya hanya menunda waktu saja, massa sewaktu-waktu bisa muncul kembali, merembet dan menyebar. Ketika muncul lagi dan merembet, kali kedua untuk operasi lagi lebih sulit, resikonya lebih besar. Dan akhirnya massa tumor akan merembet dan menyebar akan mengenai saraf vital juga, berakhir sama, tak mampu berkomunikasi juga. Kondisinya serba salah, biaya operasi yang besar, hasilnya berakhir sama kalau tak dioperasi sama sekali, mungkin justeru resikonya lebih rendah kalau tak dilakukan tindakan apa-apa.
2 tahun setelah melakukan operasi mutakhir dengan Gamma knife keluhan Bu Masturoh muncul lagi, mulai kesulitan berkomunikasi dan jalan. Hasil MRI menunjukkan kemunculan kembali dan penyebaran cukup luas, muncul lesi di area intraaksial otak kiri depan, frontal kiri, anterior medial dan parasagital temporal kanan, dengan ukuran masing-masing sekitar 1-2 cm. Seluruh otak kiri bagian depan sudah terinfeksi oleh tumor dan mendesak otak kanan, untuk operasi lagi hampir tidak mungkin. Kondisi Bu Masturoh seolah-olah hanya bisa menunggu nasib, tak banyak yang bisa dilakukan. Ia hanya konsumsi herbal, berharap bisa menahan perkembangan kankernya.
2 tahun berjalan, kondisinya semakin memburuk. Oktober 2022, Hasil MRI menunjukkan massa yang semakin luas memenuhi separoh lebih otak frontal dan temporal kiri hingga menjorok ke otak kanan. Selain massa padat yang menutupi area cukup luas, ada juga lesi kistik yang berisi cairan kental dan darah dengan ukuran hampir 5 cm.
Semua cara telah ditempuhnya, dengan pengeluaran biaya yang besar untuk operasi secara medis maupun alternatif dengan herbal dan yang lainnya. Tetapi kondisnya berakhir tak bisa bicara, komunikasi, maupun jalan. Secara medis relatif tak ada lagi yang bisa dikerjakan. Tipenya juga tak merespon obat maupun herbal.
Alternatif terakhir yang mungkin tersisa saat itu adalah ECCT. April 2023, Bu Masturoh diantar oleh suaminya dengan didorong di kursi roda datang untuk konsultasi kemungkinan pakai alat ECCT. Bu Masturoh tak bisa mengungkapkan kata-kata, ingatannya juga sudah tinggal sepotong-sepotong. Hasil MRI terbaru sebelum pakai alat menunjukkan massa yang semakin meluas, disertai edema luas, serta kista yang dengan ukuran lebih dari 2X lipat dibanding 6 bulan sebelumnya. Tekanan dari massa menyebabkan saraf komunikasi dan motoriknya tak bekerja.
Tipe tumor yang dialami Bu Masturoh adalah campuran komponen padat dan kista, secara respon terhadap medan listrik yang dihasilkan oleh ECCT sifatnya juga campuran: Komponen padat merespon terhadap ECCT tergantung tingkat keganasan, semakin ganas (semakin cepat berkembang) semakin cepat merespon medan listrik, relatif cepat mengalami kematian, meluruh dan menyusut secara perlahan. Sementara komponen kistik pada dasarnya bukan sel yang hidup, tak merespon paparan medan listrik seperti sel padat yang tumbuh. Ukuran kista bisa membesar dan mengecil tergantung tekanan di luar dan di dalam kista yang ditentukan oleh kadar elektrolit dan albumin di dalam darah. Apabila kadar elektrolit dan albumin normal, alat ECCT juga bisa membantu berperan sebagai pompa, membuka kanal ion pada membran kista, membantu mengalirkan cairan dan molekul material di dalam kista ke luar selaput, kista bisa mengecil.
Akan tetapi untuk beberapa kasus post radiasi atau kemo selaput kista bisa menjadi sangat rapuh. Selaput kista umumnya terbuat dari jaringan lipida yang tak bisa robek dengan stimulasi fisik maupun medan listrik. Tetapi untuk kasus post-radiasi selaput menjadi sangat rapuh, mudah sekali pecah apabila tekanan di dalam kista tinggi atau ada stimulasi fisik maupun medan listrik dari luar. Medan listrik yang dihasilkan oleh ECCT relatif rendah (beberapa ratus millivolt per cm), untuk kista yang normal tak bisa rusak; Hanya apabila selaput kista terlalu rapuh kekuatan medan yang relatif kecil pun bisa menyebabkan selaput robek, cairan di dalam kista bisa mengalir cepat ke sekitar, efeknya sulit terkontrol. Ini adalah salah satu aspek resiko yang perlu diperhitungkan untuk kasus yang dialami oleh Bu Masturoh.Setting voltase dan jam pemakaian harus dikontrol secara baik agar kista tak tiba-tiba pecah.
Suami Bu Masturoh mendapatkan penjelasan secara detail, dan memutuskan untuk mencoba alat, karena juga tak ada alternatif lain.
Bu Masturoh dibuatkan alat ECCT dengan dua arah medan yang berbeda secara tegak lurus, sehingga bagian tumor mendapatkan paparan optimal dari dua arah. Program modulasi medan listrik juga diberikan dengan sistem modulasi terbaru yang memberikan gaya yang merusak proses mitosis sel, sehingga setiap sel yang sedang membelah mengalami kematian secara seketika ketika mendapatkan paparan medan. Selain itu juga diberikan program modulasi sinyal medan listrik untuk membantu proses transportasi material dari sel-sel tumor yang hancur agar mengalami difusi lebih cepat sehingga bisa terserap oleh sel-sel imun secara lebih cepat, dan juga modulasi program medan listrik untuk membantu membuka kanal ion pada selaput kista agar cairan dan material lain di dalam kista bisa keluar melewati selaput, semacam efek membuka blood-brain barrier.
Modulasi medan listrik pada alat ECCT hasil pengembangan terbaru menunjukkan respon yang cukup efektif pada kasus Ibu Masturoh yang sebelumnya sulit ditangani dengan alat ECCT dengan spesifikasi lama.
Perkembangan Bu Masturoh setelah pakai alat ECCT hasil pengembangan terakhir cukup cepat. Dalam hitungan hari komunikasi dan jalannya berangsur membaik, ingantannya yang tadinya sepotong-sepotong berangsur kembali. Hasil MRI setelah 2 bulan pemakaian menunjukkan hasil yang luar biasa: Cairan edema yang relatif sudah hilang, massa padat yang merupakan sel-sel ganas yang hampir bersih, kita yang berisi cairan dengan ukuran massa menjadi kurang dari separohnya. Hasil scan dengan ECVT menunjukkan tekanan intrakranial yang relatif sudah normal.
Setelah 2 bulan pakai alat ECCT, 8 bulan setelah tak bisa bicara dan jalan harus didorong di kursi roda, bicara dan jalan Bu Masturoh sudah kembali normal. Ketika diantar suaminya datang lagi ke C-Care setelah 2 bulan ia sudah tak pakai kursi roda, jalannya biasanya, sifat aslinya yang terbiasa “nyrocos’ sudah kembali sempurna. Dokter yang memeriksanya sebelumnya ketika bertemu lagi dengan Bu Masturoh seolah tak percaya: “Ibu masih ….?”
Genap 1 tahun pemakaian alat ECCT, 5 tahun sejak operasi Gamma Knife dan muncul kembali, semuanya sudah normal bagi Bu Masturoh. Ia kadang-kadang masih merasakan sakit apabila pakai alat ECCT; Kemungkinan karena cairan kista belum benar-benar habis, ketika pakai alat cairan seperti dipompa keluar melewati selaput membran kista, cairan yang mengalir bisa terasa agak “sakit”. Bu Masturoh disarankan untuk pakai terus alat ECCT untuk mencegah kekambuhan, supaya kistanya benar-benar mengempis.
“Efek samping kalau alat dipakai terus adalah membantu sampah tak menumpuk di otak, fokus dan konsentrasi membaik, aliran darah lancar, mencegah penuaan dan kepikunan, “jelas Dr. Warsito, penemu ECCT dan ECVT.
Semoga tetap sehat buat Bu Masturoh (WS).